Rabu, 03 Agustus 2016

Ritual Adat Entas-Entas Suku Tengger

Desa Ngadas yang merupakan daerah suku Tengger di Jawa Timur dikenal sebagai lokasi wisata alam pegunungan yang menakjubkan juga memiliki kekhasan adat istiadat masyarakatnya. Selain upacara Kasodo yang merupakan upacara tradisi terbesar tahunan, masyarakat Tengger yang tinggal di Desa Tengger Ngadas, Poncokusumo, Malang, mengenal upacara Entas-Entas. Upacara ini salah satu jenis adat Tengger yang berfokus pada upacara kematian.Upacara kematian yang dimaksud, berkaitan dengan menaikkan atau mengentaskan si mati ke alam arwah.

Boneka petra dirangkai dari bahan dedaunan serta bunga dan selanjutnya ditempatkan pada altar balai kulon.
Upacara Entas-Entas yakni upacara kematian yang terakhir kali dan perkawinan. Upacara Entas-Entas oleh masyarakat Tengger seperti halnya upacara pembakaran mayat (Ngaben) di Bali. Bedanya, di masyarakat Tengger yang dibakar adalah boneka dari yang meninggal dunia.
Menurut sejarawan Blasius Suprapta, ada serangkaian tahapan yang dilalui dalam Entas-Entas, yakni ngrcsik, mepek, mbeduduk. lukatan, dan bawahan. Pada pelaksanaan upacara, si mati dihadirkan kembali dalam bentuk boneka, petra. Boneka petra dirangkai dari bahan dedaunan serta bunga dan selanjutnya ditempatkan pada altar balai kulon untuk disucikan pemangku adat dan ditandai pakaian si mati. Dalam menuju ke alam arwah, si mari diupacarai dengan berbagai hewan kurban seperti lembu, kerbau, dan kambing.

Kendaraan arwah berupa seekor kambing putih yang diposisikan seolah-olah sedang terbang.
Juga disediakan kendaraan arwah berupa seekor kambing putih yang diposisikan seolah-olah sedang terbang. Ritus Entas-Entas berdasarkan kajian sejarah kebudayaan terkait erat dengan budaya megalitik yang berfokus pada kultus pemujaan roh nenek moyang.Upacara Entas-Entas tidak harus dilaksanakan pada saat ada kematian, tapi dapat dilakukan sambil menunggu kemampuan pihak keluarga bersangkutan. Akan tetapi, upacara ini wajib dilaksanakan.
Rangkaian upacara Entas-Entas dimulai dari upacara semeningga, ini berlangsung tiga bulan sampai satu minggu sebelum upacara Entas-Entas.Menurut keyakinan masyarakat Tengger, upacara Entas-Entas merupakan upacara yang paling ditakuti. Karena apabila dalam acara ini ada arwah yang terlupakan untuk dientas, keluarga yang menyelenggarakan upacara akan mendapat musibah.
Mbah Dukun yang melaksanakan ritual adat di Tengger.
Budaya yang ada di desa Ngadas menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa KKN 62 UMM 2016 untuk mengekspose. Pewaris budaya masyarakat suku Tengger di Gunung Bromo adalah proses pewarisan watak khas atau etos, akal serta pikiran suku Tengger yang mendiami suatu daerah terhadap generasi penerusnya yang sudah terkait dengan hal yang sering kali dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan atau tradisi yang tidak terpisahkan masyarakat suku tengger yang mendiami daerah di Gunung Bromo disekitar empat kabupaten di Jawa Timur, yaitu: Probolinggo, Malang, Lumajang, dan Pasuruan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar